Representasi tahun 2020

Representasi 2020
Seharusnya representasinya bukan hanya di 2020 saja tapi merepresentasikan semua kejadian yang telah terjadi di masalalu. Ya, seperti make a wish. Saat tepat pukul 00-00, Dan menuju tanggal 1 januari. Menutup mata sekejap, dengan tangan yang saling mengenggam, sepakati saja bahwa itu adalah saat - saat yang paling mustajab untuk berdoa -- meskipun saya abai dengan cara seperti ini. Setiap akhir tahun doanya slalu sama, yaitu yang penting saya berdoa, temanya apapun asal mencukupi untuk di sampaikan kepada tuhan lewat perantara kembang api dan tiupan terompet. Alih - alih tak ada hari lain dan tuhan hanya hadir di hari - hari tertentu. 
Ferdinand de saussure yang di kenal sebagai bapak lingustik modern mengatakan bahwa untuk memahami keseluruhan adalah memahami bagian - bagian. Jika mau di simpulkan secara sederhana saja, bahwa seharusnya manusia bukan hanya merayakan satu tahun kehidupan itu tapi juga merayakan satu bulan, satu minggu, satu hari, satu jam, satu menit, dan satu detik kehidupannya. Itu jika ingin merapikan kembali ingatan kita atau berharap ada kemajuan dalam menata masa - masa yang akan datang. Tapi, biasanya orang yang berbahagia akan lupa dengan waktu jadi apa pedulinya dengan masa depan. Maka teranglah apa yang di katakan oleh Emha Ainun Nadjib bahwa semestinya setiap hari adalah hari raya, dimana manusia harus berbahagia dan merayakan kehidupannya. 
Dan toh ternyata ketika pukul menunjukkan 00-01, make a wish itu tidak bekerja, masih ada juga yang pangling karna di tagih janji untuk segera melunasi hutang - hutangnya. Masih ada juga yang sibuk berjibaku di depan monitor menyelesaikan tugas akhir kuliah. Ada juga yang ingatannya meningkat kepada tuhan karna di hadapkan dengan hasil foto rontgen. Dan lebih parah lagi ada yang menjadikan malam pergantian tahun sebagai pintu untuk bertemu tuhan dengan melompat ke dasar jurang. 
Mungkin pertanyaannya adalah, kan saya baru berdoa, mana mungkin di kabulkan secepat itu. Jika begitu maka jawabannya adalah apaka kita meragukan keputusan tuhan. Apakah tuhan tidak mampu mengabulkan doa lebih cepat sebelum doa itu habis di utarakan oleh kata - kata. 
Zeno filsuf asal yunani mengilustrasikannya sebagai lesatan anak panah. Tidak mungkin ada dua tempat dimana ketika anak panah di lesatkan langsung berada di tempat yang di arahkan. Ada titik - titik yang di lalui, dan titik itu menjadi setengah titik, dan setengah titik menjadi dua perempat titik, hingga seterusnya dan tidak terhingga. Jadi keadaan itu sebenarnya tidak berubah, dia tetap berada di posisinya -- meski teori ini di bantah oleh fisika -- dan waktu itu kontinu tidak di detik 60, 59, 58 semua itu absurd. Kehidupan kita ini menyatu dengan waktu dan waktu tidak memiliki hak untuk mengabsen kapan kita harus bahagia dan kapan kita harus bersedih. Menandai waktu itu penting tapi jauh lebih penting untuk menyadari bahwa sebelum adanya manusia waktu telah dulu ada. Dan waktu tidak pernah bersedih dengan ketidak hadiran kita di dunia ini.
Dan ada hal yang sering terlupakan bahwa kita sering beranggapan bahwa antara diri kita dengan tuhan ada jarak yang membatasi. Sehingga ada kesenjangan untuk kita berkomunikasi dengan tuhan. Apalagi untuk slalu bersama - sama dengan tuhan. Maka di buatlah waktu - waktu tertentu kapan saat yang tepat agar doa kita bisa terkabul atau tempat - tempat yang paling makbul bila di gunakan untuk bermunajat. Lalu, apalah gunanya tuhan yang maha mengawasi bila ternyata tuhan tidak hadir dalam 24 jam bersama kita? semua waktu adalah mustajab. Yang terpenting adalah simpul hati kepada tuhan dan tidak merenggangkan hubungan kepada -Nya. 

#2021 😃

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT Letawa memeriahkan HUT kemerdekaan RI ke 77 dengan berbagai lomba