Aku, Din dan Budi terjebak hujan deras
Kami terjebak hujan sejak maghrib. Di sebuah kedai kopi yang berada dekat dengan tempat kerja kami. Kami berlari, menggunakan tangan kami sebagai payung, dan menyeka rambut kami di hadapan ibu muda pemilik kedai kopi. Aku, budi dan din. Aku memesan lemon tea, budi dan din memesan kopi.
Sambil menunggu, aku memancing obrolan sambil menunjuk salah satu baliho calon bupati, "Dari gambar itu, menurut mu yang benar dan yang salah itu yang mana?"
Din dan budi meyandarkan tubuhnya di tembok, kami duduk sejajar. "Yang salah yang ngelihat." Jawab budi.
Din tidak bicara, masih meniup - niup telapak tangannya. Budi melanjutkan, "kalau tidak di lihat, kita tidak akan mengartikankannya kan. Sebenarnya salah kita sih."
--pesanan kami datang--
"Begini!" Din, menyeruput kopinya, "saya tidak mau disalahkan, mata saya sudah disini sebelum baliho itu ada. Seharusnya baliho itu dong yang salah kenapa menampakkan dirinya disitu."
Aku membiarkan obrolan itu berlangsung dan tidak mengganggu keduanya -- yang penting rame hahaha.
"Sejak kapan kamu tahu kalau baliho itu ada setelah mata mu ada? Atau mungkin kedua - duanya ada secara bersamaan?" Tanya budi.
"Finalkan saja, kalau dua - duanya ada secara bersamaan. Saya tidak mau membicarakan sebab - akibatnya, tapi yang penting fungsinya apa? Fungsi baliho Itu loh."
"meramaikan jalan, pengenalan wajah, itu sih menurut ku."
"Loh, itu visi dan misinya bagaimana?"
"Apa fungsinya visi dan misi itu? nggak ada fungsi apa - apa kok. Loyalis yang turun ke desa - desa itu, yang turun ke dusun - dusun itu mereka tidak menawarkan visi dan misi, mereka mencari beberapa orang yang berpengaruh yang bisa mempengaruhi banyak orang. Ini semacam peta konflik. Atau kita perhatikan para loyalis yang ada di media - media, apakah mereka menawarkan visi dan misi? Enggakkan mereka cuma menawarkan pengaruh yang mereka sebut sebagi kesadaran intuitif dengan memamerkan kebaikan, agar yang melihat tersentuh, terenyuh. Ada sebagian yang memang bergerak atas aksi kemanusian tapi saya percaya itu jika mereka ada sebelum adanya pemilihan umum ini dalam artian pendaftaran kandidat. Dan mengapa setelah ada kandidat, organisasi - organisasi bermunculan mengatasnamakan kemanusiaan? Apakah ini tidak ambigu bung."
"Organisasi yang muncul kan wajar. Mereka membantu sesama manusia kan wajar juga meski latar belakangnya ya ada itu tadi. Jadi, saya pikir tidak perlu di permasalahkan lah. Visi dan misi ada itu kan juga untuk meramaikan biar tidak sepi - sepi amat."
"saya kalau melihat visi dan misi itu kadang ketawa. Loh misalnya, sejak kapan kesejahteraan bisa merata seperti meratanya baliho ke pelosok - pelosok. banyak pertanyaanlah disini, sampai ke ujung kita akan menemukan suatu pertanyaan yang menjadi pondasi kesejahteraan itu sendiri. Seperti, bagaimana membuat lapangan pekerjaan? Caranya bagaimana? Lapangan pekerjaan seperti apa? Inikan penting. Tapi, bagus juga sih. Untung saya bukan loyalis atau fanatiklah, karna kalau tidak saya pasti mati - matian mencari dalil untuk membela dukungan saya."
"Bukannya sekarang ini kamu juga mencari dukungan untuk mendukung pendapat mu?"
"Hahaha disini cuma kita bertiga, sebenarnya berdua sih. Yang satu itu tuh cuma lempar pertanyaan kemudian diam."
#Aku_dindanbudi
Komentar
Posting Komentar