Janganlah marah! mulailah yang baru

Selama beberapa hari ini. Sepertinya hitungannya seperti itu. Atau dulu. Ya, sebut saja itu dulu. Telah lama sekali. Sekalipun itu hanya semenit sudah berlalu tetap saja itu lama. Nyatanya penyesalan selalu di belakang bukan! Seseorang akan berkata khilaf - tanpa sadar - tidak terpikirkan - belum beruntung. Atau dengan sengaja tapi dengan perkiraan yang kurang akurat: meleset! Penyesalan demi penyesalan bertemu di hari ini. Tunggu saja! Jika bukan karna temaram yang berakhir gelap. Pastilah senja akan di sembah. Bukankah selamanya yang di inginkan adalah kenikmatan. Tidak panas tidak juga dingin. Namun menginginkan buah - buahan segar. Atau secangkir susu dari sapi yang kurus. 
.....
Minta maaflah secara sadar atas perlakuan yang kurang berkenan. Tumpahan arak sudah kering tapi baunya masih tercium juga. Duduklah bersamanya dengan kerendahan hati. Meski tak bisa di tangkap maksud lemparannya. Apakah banjir akan menghantam kesadaran ini. Lalu menggapai tangkai belas kasih dengan tangisan. Oh! Lutut ini sudah lecet apakah harus berdarah dulu! Padahal ucapan sudah duduk di tempat paling terendah dari segala yang terendah. Sudihlah kiranya untuk bisa bersama - sama dalam satu meja menikmati hidangan yang telah di berikan waktu selama ini. Pastilah gunung itu tak bisa di daki. Bagaimana mungkin harus ada paksaan seperti itu. Duduklah, biarkan perbincangan ini selesai dengan gelak tawa antara kita. 
.....
Sekalipun seperti mata rantai yang tak memiliki ujung. Mata ini memegangnya dengan penuh ketakberdayaan. Bisakah terulang kembali? Agar kemesraan ini tidak pernah berakhir. Tapi, dari bayi hingga menjadi keriput. Akan terasa kepedihan itu. Kemana? Kemana? Lukisan yang di tinggal pemiliknya. Dan bergulir dengan jual beli. Apakah harus begitu?  Jangan tanyakan siapa pemiliknya. Ketika Kanvas di gelar. Pemandangan adalah hasil pandangan. Simaklah. Itu adalah satu - satunya keberserahan. Tangan sudah tak bisa memilih warna. Jika harus mengukumnya seumur hidup: Hukumlah. Namun apabila hujan datang dan membasahi hasil lukisan. Meski dalam hati. Janganlah marah! Mulailah yang baru. Jangan biarkan sesiapa lagi disitu. Hanya perlu sentuhan untuk mengindahkannya kembali."Takim"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT Letawa memeriahkan HUT kemerdekaan RI ke 77 dengan berbagai lomba