Menilisik lebih dalam tentang arti sepi
Alunan - alunan yang terus menggema di telinga. Berselancar bebas tanpa bisa di hentikan. Sepi pun akan tetap terasa ramai. Bagaimana mungkin saya bisa tidur? Sahut dengan emosi yang membara. Menelisik lebih dalam tentang arti sepi. Bukanlah menyendiri. Sebab terlalu banyak mimpi yang gagal terwujud, yang masih terlukis di langit - langit kamar. Jangan menyalakan dupa. Selalu tak aman. Diri di intai, menunggu waktu di arak dan di tertawakan. Bersembunyilah meski kepala terasa mau pecah. Ya, bersembunyilah di tengah - tengah keramaian. Dengan baju terbaik. Ikutlah bernyanyi jika melihat mereka menyanyi, ikutlah menari jika mereka menari, dan ikutlah bersedih jika mereka mengalami kedukaan.
.......
Tapi, Jangan sampai ketahuan. Kalaulah harus marah, marahlah tanpa manahan untuk diam. Seperti singa yang melindungi segerombolan domba. Meski keinginan untuk kenyang telah menutup mata demi berharap agar tidak bisa lapar. Hanya saja domba tidak boleh terluka, menutupi setiap luka rapat - rapat, dengan tidak membiarkan amis darahnya tericum. Di hadapan mereka, diam lebih menakutkan. Jujur di curigai. Berbasa - basilah, antarkan setiap gelas ke meja - meja mereka. Tuangkan air saat gelas mereka kembali kosong. Tak apa. Domba selalu melahirkan dalam jumlah yang banyak. Jikalau hanya satu harga diri yang hilang, ada satu harga diri lagi yang masih menunggu untuk di lahirkan.
......
Saat mereka satu persatu pulang. Siapa lagi yang bisa di hibur. Siapa lagi yang bisa puja dan di puji. Menangislah, sampai tangisan itu terdengar dari langkah kaki terakhir mereka. Lambaikan tangan bila perlu. Sementara mereka berjalan tanpa menoleh sedikit pun. Sedang suara tangis hanya rintik - rintik hujan yang melelapkan. Berbaliklah namun dengan pelan. Hormati hari - hari terakhir mereka. Kemudian berlarilah, ada sesuatu yang harus cepat untuk di lahirkan. Setelah itu jangan keluar. Kuncilah pintu kamar. Dan matikan lampu.
.....
...
..
"Takim"
Komentar
Posting Komentar