Postingan

siapa yang bisa hidup diatas ombak selain ombak itu sendiri

Gambar
Bagaimana menjelaskan rasa sakit itu? Bawalah warna hitam lalu defenisikan. Ah, berantakan sekali. Haruskah di anyam biar semuanya tampak jelas. Namun setelah di pikir - pikir, betapa berat harus menghitungnya satu persatu. Tunggu disini saja, pasti juga rapuh dengan sendirinya. Jangan terlalu lama melihat roda yang berputar, itu membuat pusing. Berhentilah! Berhentilah! Biasanya rasa lelah menjadikan tidur lebih lelap. Atau mintalah seseorang untuk mencatatkan apa yang di igaukan. Karena, Mungkin saja, rasa sadar itu hanya lari di tempat. Tak apa! Tidak ada yang tahu soal itu. Hanya perlu saku yang besar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi.  .... Jangan! Jangan! Sudahlah jangan berburuk sangka dulu. Buat apa menduga - duga hal yang tidak semestinya di perlukan. Didalam sakunya dia membawa apa, terserah dia. Ah, pertemanan yang seperti apa ini. Baru satu butir garam yang tercicipi, asinnya sudah kemana - mana. Tapi, sepertinya, kendaraan itu harus di naiki. Sebab roda mema

Menilisik lebih dalam tentang arti sepi

Gambar
Alunan - alunan yang terus menggema di telinga. Berselancar bebas tanpa bisa di hentikan. Sepi pun akan tetap terasa ramai. Bagaimana mungkin saya bisa tidur? Sahut dengan emosi yang membara. Menelisik lebih dalam tentang arti sepi. Bukanlah menyendiri. Sebab terlalu banyak mimpi yang gagal terwujud, yang masih terlukis di langit - langit kamar. Jangan menyalakan dupa. Selalu tak aman. Diri di intai, menunggu waktu di arak dan di tertawakan. Bersembunyilah meski kepala terasa mau pecah. Ya, bersembunyilah di tengah - tengah keramaian. Dengan baju terbaik. Ikutlah bernyanyi jika melihat mereka menyanyi, ikutlah menari jika mereka menari, dan ikutlah bersedih jika mereka mengalami kedukaan. ....... Tapi, Jangan sampai ketahuan. Kalaulah harus marah, marahlah tanpa manahan untuk diam. Seperti singa yang melindungi segerombolan domba. Meski keinginan untuk kenyang telah menutup mata demi berharap agar tidak bisa lapar. Hanya saja domba tidak boleh terluka, menutupi setiap luka rapat - rapa

Aku, Din dan Budi terjebak hujan deras

Gambar
Kami terjebak hujan sejak maghrib. Di sebuah kedai kopi yang berada dekat dengan tempat kerja kami. Kami berlari, menggunakan tangan kami sebagai payung, dan menyeka rambut kami di hadapan ibu muda pemilik kedai kopi. Aku, budi  dan din. Aku memesan lemon tea, budi dan din memesan kopi.  Sambil menunggu, aku memancing obrolan sambil menunjuk salah satu baliho calon bupati, "Dari gambar itu, menurut mu yang benar dan yang salah itu yang mana?" Din dan budi meyandarkan tubuhnya di tembok, kami duduk sejajar. "Yang salah yang ngelihat." Jawab budi.  Din tidak bicara, masih meniup - niup telapak tangannya. Budi melanjutkan, "kalau tidak di lihat, kita tidak akan mengartikankannya kan. Sebenarnya salah kita sih." --pesanan kami datang-- "Begini!" Din, menyeruput kopinya, "saya tidak mau disalahkan, mata saya sudah disini sebelum baliho itu ada. Seharusnya baliho itu dong yang salah kenapa menampakkan dirinya disitu." Aku membiarkan obrolan i

Janganlah marah! mulailah yang baru

Gambar
Selama beberapa hari ini. Sepertinya hitungannya seperti itu. Atau dulu. Ya, sebut saja itu dulu. Telah lama sekali. Sekalipun itu hanya semenit sudah berlalu tetap saja itu lama. Nyatanya penyesalan selalu di belakang bukan! Seseorang akan berkata khilaf - tanpa sadar - tidak terpikirkan - belum beruntung. Atau dengan sengaja tapi dengan perkiraan yang kurang akurat: meleset! Penyesalan demi penyesalan bertemu di hari ini. Tunggu saja! Jika bukan karna temaram yang berakhir gelap. Pastilah senja akan di sembah. Bukankah selamanya yang di inginkan adalah kenikmatan. Tidak panas tidak juga dingin. Namun menginginkan buah - buahan segar. Atau secangkir susu dari sapi yang kurus.  ..... Minta maaflah secara sadar atas perlakuan yang kurang berkenan. Tumpahan arak sudah kering tapi baunya masih tercium juga. Duduklah bersamanya dengan kerendahan hati. Meski tak bisa di tangkap maksud lemparannya. Apakah banjir akan menghantam kesadaran ini. Lalu menggapai tangkai belas kasih dengan tangisa

Ikutlah tidur setidaknya meringankan lelah

Gambar
Kita akan kemana selanjutnya? Guru - guru sedang berdebat di luar sana. Apakah ini bisa di sebut sebagai kesalahpahaman atau berbeda dalam pemahaman. Sedang pelari tidaklah berprofesi sebagai pemburu kejahatan. Namun selalu ada sorak sorai setelah penentu kemenangan. Ya, sorak Sorai itu menjadi hantu yang bergentayangan. Semuanya di ukur secara hirarki. Pada akhirnya perlombaan terus di adakan. Bahkan berani - beraninya menyuap Tuhan. Bisnis seperti apa ini. Tuhan kok di ajak barter dengan amal. Tuhan nggak jualan! Pelari yang sudah tua, yang piagam dan pialanya berbaris di almari, yang photonya semasa memegang medali masih terpajang bersih. Hanya hidup dalam cerita. Seharusnya ibadah terbaik adalah story telling. Ukurannya berdasar kecakapan. Sepertinya Pak Tua harus bisa berdiri membersihkan bingkai photonya sendiri.  ..... Debu - debu yang melekat itu. Tolonglah! Jika bisa pelankan saja nyapunya. Kasian para tetangga harus menutup mulut. Apalagi ada salah satu dari mereka yang baru

Jika pulang kerja istri lupa masak

Gambar
Siang itu sang suami pulang kerja. Dengan keadaan yang lapar. Ia menuju ke dapur dan di dapatinya belum ada sama sekali masakan. Ia pun masuk ke kamar lalu bertanya pada istrinya: "Dek, Jika aku punya empat buah jeruk. Apakah kamu tahu dimana di antara jeruk itu yang paling manis? "Tidak tahu," jawab istrinya yang lagi serius bermain gadget, "kecuali aku harus mencobanya satu persatu." Sambungnya. Sang suami meyandarkan punggungnya ke tembok. Sedikit berkelakar. Dan menarik jari jemari kaki istrinya yang sedang rebahan di depannya.  "Dek, dulu aku pernah lihat. Kalau kamu menulis status yang tulisannya itu, 'saya terima nikahnya sama dengan saya terima malasnya, borosnya, marahnya, dll.' Adek pernah nulis itukan?" "Iya mas, emang kenapa?" "Tidak," jawab suaminya sambil senyum-senyum. "Oh iya dek!" Celetup suaminya lagi, "waktu kita nikahkan saya berkata, 'saya terima nikahnya engkau dengan seperangkat ala

PT Letawa memeriahkan HUT kemerdekaan RI ke 77 dengan berbagai lomba

Gambar
Pasangkayu, otakminimedia.com Tahun ini, masyarakat diseluruh pelosok negeri melakukan beragam lomba untuk memeriahkan HUT RI ke 77 Tak terkecuali PT letawa salah satu perusahaan Astra Agro lestari Tbk (AAL) Group area celebes C1, dikec Tikke raya, kab pasangkayu,sulawesi barat juga merayakan HUT RI ke 77dengan berbagai lomba setelah upacara pengibaran bendera selesai.  Lomba HUT RI 77 dilaksanakan dilapangan maleo PT letawa diikuti karyawan,anak anak dan ibu ibu,  Terdapat empat kategori lomba di adakan oleh PT letawa yaitu tingkat TK, SD, SMP dan umum Anak anak yang antusias mengikuti lomba, ibu ibu dan karyawan juga tak kalah seruuuuu... Kali ini di lapangan maleo PT letawa di penuhi dengan kebahagiaan... "Alhamdulillah ,semua begitu semngat dan antusias,saya ucapkan terimakasih kepada semua panitia dalam mempersiapkan dan memandu semua panitia dalam mempersiapkan semua rangkaian acara lomba" Kata Administratur PTletawa Rian Rizaldi Menurutnya acara ini memang sengaja dibu